Di level bawah, kader-kader PKS yang berjibaku dengan masyarakat acap
dijuluki dengan berbagai sebutan. Oleh mantan kader disebut, "Kader
Tertipu" "Fanatik Qiyadah", "Muayyid Dungu". Nah oleh para HaTers,
mereka dijuluki; "Orang-orang Gila!" Seakan sudah kehabisan kata untuk
menunjuk hidung kader-kader PKS yang tetap solid dan tsiqoh dengan misi
perjuangan.
Alih-alih berbalik membenci atau ramai-ramai keluar, malah para mantan
kader pun "berhenti sendiri untuk mengumbar aib" para qiyadah PKS.
Terlebih dengan sigap semua kader sepakat menyikapi dengan jurus AYTKTM;
"Apapun Yang Terjadi Kami Tetap Melayani!"
Saya mencoba mencari-cari apa makna gila sebenarnya. Dalam hadits dari
Anas yang diriwayatkan oleh Ibn Najjar dikasahkan, "Pada suatu hari,
Rasulullah Saw saat berkumpul bersama para sahabat, lewatlah seorang
pria gila. Para sahabat berkata, "Pria ini, adalah pria gila."
Rasul Saw kemudian bersabda, “Hati-hati bicara. Orang ini bukanlah gila.
Orang gila adalah yang terus menerus berbuat maksiat. Sedangkan orang
ini, ia sedang mendapat musibah (sakit)”.
Dalam riwayat lain baginda Rasul bersaba, "Tahukah kalian orang gila
seperti apa?" Sahabat menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui."
Rasul Saw kemudian menjelaskan:”Orang gila ialah orang yang berjalan
dengan sombong, yang memandang orang lain dengan pandangan yang
merendahkan, yang keburukannya membuat orang tidak merasa aman dan
kebaikannya tidak pernah diharapkan. Itulah orang gila yang sebenarnya (al-majnuun haqq al-majnuun)."
Melihat hadis ini saya meyakini, sifat-sifat orang gila sejati adalah;
1. Sombong, angkuh.
2. Merasa diri paling baik dan memandang rendah orang lain.
3. Tidak aman dengan keburukannya.
4. Kebaikannya tidak pernah diharapkan.
Mari kita perhatikan, dalam sistem pembinaan PKS justru yang diajarkan adalah Mahabbah
(cinta), bagaimana di PKS setiap kader diwajibkan mencintai orang-orang
terdekat; istri, anak, keluarga, tetangga, alim ulama, hingga saudara
senegara. Tidak ada doktrin melakukan pengeboman. Bahkan doktrin
mengkafirkan siapapun tidak pernah diajarkan.
Di PKS diajarkan untuk menggali potensi terbaik dan meraih kinerja utama
secara profesional, bersih, dan proporsional. PKS mengajarkan kadernya
untuk memiliki spesialisasi. Untuk kemudian sumbangsihnya paling
ditunggu di masyarakat.
PKS mengajarkan harmoni. Menjauhi perdebatan furu'iyyah. Maka di PKS
terdiri dari anasir seluruh ormas Islam. Ada dari NU, Muhammadiyah,
Persis, PUI, Al-Washilah, Al-Irsyad, dan lain-lain. Soal ibadah
dikembalikan kepada pemahaman masing-masing. PKS mengajak untuk
bekerjasama dalam masalah-masalah yang disepakati, namun toleran pada
masalah-masalah yang menjadi ciri khas masing-masing.
Di tataran kenegaraan. PKS tidak mengajarkan kadernya untuk membenci
Indonesia. Para pendiri PKS paham, Indonesia itu perlu kerja nyata yang
tidak sekedar caci maki atau menebar stigma. PKS pun tidak
antinasionalisme. Malah di gelombang ketiga, PKS bercita-cita menjadikan
Indonesia sepenggal Firdaus. []
By: Nandang Burhanudin
No comments:
Post a Comment