Pentingnya Pemilu

Ayo, Ikut Pemilu untuk Membuat Perubahan
Thamrin Mahesarani 

Tuhan tak akan mengubah nasib suatu kaum (bangsa) apabila kaum (bangsa) itu sendiri tidak mau berusaha mengubahnya. Mestinya kita semua memahami maksud dari firman Tuhan itu. Sehingga kita sepakat untuk melakukan perubahan dengan mengupayakan terjadinya perubahan itu. Dengan apa? Salah satunya adalah dengan mengikuti pemilihan umum yang bakal digelar tahun depan, 2014. Kita harus memilih yang ‘agak bisa dipercaya’ di antara partai-partai politik yang kita anggap tak bisa dipercaya, yang ikut dalam pemilu nanti. Atau ikuti saja kata hati kecil kita.

Sikap meyakini rasa tidak percaya pada partai politik tertentu, atau bahkan semua partai politik, yang ikut dalam pemilu nanti, bisa jadi merupakan kekeliruan yang fatal. Sebab, rasa tak percaya itu boleh jadi berasal dari kampanye-kampanye hitam yang dilakukan oleh partai besar, atau yang punya dana besar, atau barangkali yang sedang berkuasa, untuk menghancurkan kepercayaan kita sebagai pemilih pada peserta pemilu, sehingga kita memutuskan untuk menjadi golput atau tidak memilih. Dan jika itu terjadi, maka partai besar atau partai yang sedang berkuasa akan kembali menang. Jadi, bagaimana mungkin kita bisa berharap akan terjadinya perubahan?

Keputusan kita untuk golput atau tidak memilih adalah keputusan yang sangat diinginkan oleh partai besar atau partai yang lagi berkuasa, supaya bisa menang. Padahal, siapa tahu, di antara partai-partai kecil yang juga tak kita percayai itu, memiliki tokoh-tokoh yang justru jujur dan berkeinginan membuat perubahan pada kondisi negara kita, yang akhirnya tidak bisa mewujudkan tujuannya karena tak kita beri kesempatan dengan tidak memilihnya. Salah siapa?

Jadi, mari, Bangsa Indonesia, kita ikuti pemilihan umum 2014 dengan tekad untuk membuat perubahan. Ikuti apa kata hati nurani kita dalam memilih. Percaya pada kampanye boleh-boleh saja, namun jangan lengah atau kurang pikir. Semua partai pasti akan menjanjikan perubahan, perbaikan, tapi perhatikan cara-caranya dalam berkampanye. Kalau dengan menggunakan segala cara, itu indikasi yang tidak baik.

Maka, sudah waktunya kita menjadi cerdas dan dewasa sebagai bangsa. Iming-iming uang yang mereka berikan kepada kita agar memilihnya, bisa jadi, amat tak sebanding dengan jumlah uang yang akan mereka rampok dari kita lewat korupsi, dan kebijakan-kebijakan yang tak berpihak pada kepentingan kita. Jadi, terima saja uang mereka, tapi jangan pilih mereka.

Terutama kalangan generasi muda yang pemilih pemula, ayo, ikut memilih. Jangan mau dibodohi oleh ajakan-ajakan untuk menjadi golput, kecuali kalau ingin tetap hidup sulit atau bahkan semakin sulit. Pilih partai atau calon-calon wakil yang kita percayai. Beri mereka kesempatan untuk membuktikan niatnya. Mudah-mudahan saja mereka memang punya niat baik, untuk membuat perubahan bagi kehidupan bangsa kita.



Mengapa Jangan Golput di Pemilu? 

Kalau dulu (sebelum reformasi), nyoblos gak nyoblos gak ada bedanya. Yang menang pasti yang kuning. Ibarat permainan, dari aturannya aja udah gak mungkin menang. Jadi buat apa nyoblos.
Setelah reformasi, aturan mainnya udah mulai fair. Siapa aja punya kesempatan yang sama untuk menang. Jadi golput tidak lagi relevan. Kebanyakan orang memilih golput karena beberapa alasan:

Melepaskan tanggung jawab, seandainya pemimpin yang kepilih nggak menjalankan amanahnya dengan baik. Dia merasa jika tidak ikut memilih, dia tidak ikut bertanggung jawab terhadap kerusakan yang akan ditimbulkan oleh ketidakamanahan pemimpin tersebut. Berhubung kondisi di Indonesia ini rata-rata pejabatnya gak amanah, alasan seperti ini bisa dipahami. Tapi tetap gak bisa diterima. Untuk orang seperti ini, luruskan lagi bahwa pemahaman seperti itu tuh keliru. Justru dia ikut bertanggung jawab karena sama saja telah “memberikan” suaranya pada siapa pun yang nantinya menang. Karena sebenarnya dia bisa memberikan suaranya pada calon yang lain (yang setidaknya lebih baik) tapi tidak dia lakukan.

Alasan lain, karena dia merasa siapa pun yang terpilih tidak akan ada pengaruhnya buat dia, atau perusahaannya, atau keluarganya. Untuk yang seperti ini, sadarkan lagi bahwa suara yang dia berikan bukan hanya berpengaruh untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk masyarakatnya.

Atau mungkin karena dia gak percaya lagi dengan parpol atau pemimpin di negeri ini yang hanya obral janji. Untuk yang seperti ini, dorong dia supaya berani mengambil resiko. Kalau pemimpin “tua” sudah terbukti obral janji saja, saatnya beri para pemimpin muda Indonesia kesempatan untuk memimpin. Mungkin dia masih ragu karena para pemimpin muda ini miskin pengalaman, tapi dorong dia supaya berani. Yang jelas, Indonesia butuh perubahan!

Alasan lainnya, mungkin dia menganggap demokrasi itu sistem kafir dan kalo nyoblos berarti sama aja udah ikutan sistem kafir. Dengan orang ini kita bisa berdiskusi dengan tetap mengedepankan ukhuwah islamiyah, bahwa demokrasi itu realitas yang harus dihadapi. Karena mau milih atau nggak, sama-sama berada dalam demokrasi. Dan sama-sama akan dapat presiden dan anggota dewan yang sama, yaitu yang menang pemilu nanti. Jadi jelas, mendukung pemimpin yang lebih mendekati itu jauh lebih efektif daripada nggak nyoblos. Ingatkan juga bahwa demokrasi ini bukanlah pilihan ideologi, tapi sekedar pilihan strategi untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi.

Alasan lainnya apa ya? Bisa jadi karena kyai-nya bilang golput, dia jadinya ikutan golput. Hmm,, untuk yang ini no-comment aja.

http://aditya87.wordpress.com/2009/01/20/mengapa-jangan-golput-di-pemilu/


Demokrasi : Sebuah Perspektif

Akmal Sjafril
@malakmalakmal
   
01. #Demokrasi selalu mjd topik bahasan yg menarik. Sebagian org malah bersikap seolah2 topik di dunia cuma yg satu ini :)
02. Ada yg bilang, #Demokrasi itu bikinan Barat. Menerimanya berarti membebek Barat.
03. Guess what? Nama ‘resmi’ Korea Utara adalah The Democratic People’s Republic of Korea. #Demokrasi
04. Korea utara? Demokratis? Membebek Barat? Hmmm… kayaknya ada yg salah ya :) #Demokrasi
05. Hal ini menunjukkan bhw penggunaan istilah “ #Demokrasi “ bisa dibilang cukup ‘lentur’.
06. Artinya, org bisa saja gunakan istilah yg sama, tp maknanya lain2. #Demokrasi
07. AS dan negara2 Barat jg mengaku menjalankan #Demokrasi. Apa benar?
08. Konon, dlm #Demokrasi, suara rakyat adalah suara Tuhan. Apa iya?
09. Prinsip ini jd senjata bg para penentang #Demokrasi di antara umat Muslim. Pdhal kenyataan tdk membenarkan.
10. Suara rakyat adalah suara Tuhan, misalnya, tdk diterapkan di Mesir ketika rejim sekuler berkuasa. #Demokrasi
11. Rakyatnya ingin bela Palestina, tp rejim sekuler menutup pintu perbatasan. #Demokrasi
12. Jadi, tdk tepat jg bila #Demokrasi diidentikkan dgn ‘suara rakyat adalah suara Tuhan’.
13. Apalagi, pelaksanaannya beda2. Mmg #Demokrasi tak terkendali bs berujung liberalisme. Tp tdk semua begitu.
14. Di Indonesia, masih banyak ide2 sekuler-liberal yg tak bs diterima. Meski #Demokrasi ditegakkan.
15. Sbb, mengikuti pemikiran Buya Hamka, tengok dasar negaranya. Apa sila pertama? #Demokrasi
16. ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’. Itulah akar tunggang Pancasila. Semua mengakar ke sana. #Demokrasi
17. ‘Kemanusiaan’ yg dibicarakan di Sila ke-2 bukan humanisme versi sekuler, tp kemanusiaan berdasar ketuhanan. #Demokrasi
18. Demikian jg #Demokrasi yg diterapkan di Indonesia (semestinya) adalah sebuah sistem berlandaskan ketuhanan.
19. Jadi, MPR/DPR (lagi2 semestinya) tdk berhak menentukan hal2 yg melanggar agama. Idealnya begitu. #Demokrasi
20. Lalu, mengapa kenyataannya tdk ideal? Ya, itulah cerminan bangsa kita. #Demokrasi
21. Jgn ngomel2 saja kalau sistem di negeri ini tdk Islami. Itu tandanya, masyarakat kita msh ‘buta syariat’. #Demokrasi
22. Org buta jgn diomeli krn kebutaannya. Tapi bantu ia agar bs melihat. Carikan donor mata, kalau perlu. #Demokrasi
23. Apa masalah selesai dgn mengutuki sistem? Tentu tidak. Sistem sebaik apa pun perlu perbaikan. #Demokrasi
24. Sementara sistem blm Islami, apa yg bisa diperbuat? Masak sih tidak ada, selain membicarakan kecacatan sistem? #Demokrasi
25. Sy ingat Ust Adian Husaini pernah memberi retorika yg cerdas. #Demokrasi
26. “Kalau tanah kita diserobot org, apa kita tunggu syariat ditegakkan, atau tempuh jalur hukum skrg jg?” #Demokrasi
27. Tentu saja kita tdk diam. Lawan dong. Sistem belum islami, bukan berarti tak bisa berbuat apa2. #Demokrasi
28. Sistem blm Islami krn rakyat blm Islami. Maka, proyek jangka panjangnya adalah pendidikan. #Demokrasi
29. Sdh brp banyak sekolah2 dan perguruan2 tinggi yg Islami didirikan? Itu cerminan kesiapan umat. #Demokrasi
30. Banyak sekolah2 Islam tp guru dan siswanya msh jauh dr Islami. Perguruan tinggi apalagi! #Demokrasi
31. Kalau sdh Islami akhlaqnya, apa prestasinya sdh sehebat sekolah2 ‘sekuler’? Ini PR lain lagi. #Demokrasi
32. Islam tdk bs ditegakkan hny dgn belajar nahwu, sharaf, fiqih, syariat dll. #Demokrasi
33. Islam tdk mengenal dikotomi ilmu, tp kategorisasi. Ada ilmu yg fardhu ‘ain, ada yg fardhu kifayah. #Demokrasi
34. Di antara umat Muslim hrs ada yg memiliki spesialisasi2 ilmu yg beragam. Ini wajib. #Demokrasi
35. Kalau tdk ada yg jd dokter, misalnya, maka umat Muslim bersalah. Semuanya kebagian dosa. #Demokrasi
36. Jadi, kita harus evaluasi gerakan dakwah kita jg. Apakah gerakan2 dakwah sdh melahirkan kaum spesialis? #Demokrasi
37. Kaum generalis jg perlu. Tp kaum spesialis jgn dilupakan. Tdk bs menang kalau mrk tak ada. #Demokrasi
38. Lihat media, misalnya. Islam dihajar terus. Tp media Islam ke mana? #Demokrasi
39. Sudah jumlahnya sedikit, yg ada pun kualitasnya memprihatinkan. Wartawannya gak ok, redaktur payah, desain seadanya dll. #Demokrasi
40. Kalau begitu kondisinya, kapan kita mau meruntuhkan dominasi TIME, CNN dan semacamnya? #Demokrasi
41. Itulah gambaran betapa kompleksnya permasalahan umat. Maka, jgn disederhanakan scr berlebihan. #Demokrasi
42. Saat mengisi kajian di ITS blm lama ini, sy dapat sebuah pertanyaan menarik. #Demokrasi
43. Seorang ikhwah bertanya, “Bukankah Islam liberal ini lahir krn #Demokrasi?”
44. Menurutnya, #Demokrasi-lah yg berikan hak kebebasan berpendapat. Sehingga org2 sesat pun bebas bicara.
45. Mari kita gunakan perspektif yg lebih menguntungkan bagi kita semua. #Demokrasi
46. Memang benar, #Demokrasi membuka kebebasan berpendapat. Dan kebebasan ini ada potensi buruknya.
47. Tapi, apa iya yg bebas bicara hanya yg sesat2? Bukankah pd saat yg sama, pr pembela kebenaran pun bebas bicara? #Demokrasi
48. Nah, jika para pembela kebatilan bs manfaatkan hak2nya, mengapa pr pembela kebenaran tdk bisa? #Demokrasi
49. Jangan2, pr pembela kebenaranlah yg lemah dlm argumen, lemah beretorika dsb. Kita harus evaluasi. #Demokrasi
50. Para Nabi dan Rasul berdakwah dgn argumen. Mrk susun argumennya dgn baik. #Demokrasi
51. Mrk tdk ‘menyalahkan’ pr pembela kebatilan yg bicara. Sebaliknya, mrk lawan argumen dgn argumen. #Demokrasi
52. Maka, pandanglah #Demokrasi dan kebebasan yg dibawanya sbg semacam ‘arena tanding’.
53. Jgn salahkan org awam yg memilih jd sekuler, kalau mmg kaum anti-sekulernya yg argumennya lemah. #Demokrasi
54. Oleh krn itu, para aktivis dakwah harus melengkapi dirinya dgn berbagai skill. Public speaking, writing etc. #Demokrasi
55. Pr aktivis dakwah jg tdk boleh ‘lari’ dari persaingan sains dan teknologi. Harus jd pemenang di segala lini. #Demokrasi
56. Gmn dgn masalah fisik? Harus juga! Org Barat rajin minum susu, masak org Islam gak suka. Sunnah, lho! #Demokrasi
57. Org Barat rajin berenang, masak kita kalah? Itu juga sunnah! #Demokrasi
58. Tiket kolam renang mahal? Makanya penghasilan dilebihkan. Demi sunnah. Supaya kita jd pemenang. #Demokrasi
59. Bayangin kalau mau jihad, musuh2 kita kekar2, kitanya kurus langsing semua. #Demokrasi
60. Pernah lihat mujahidin Palestina? Besar, tegap, berotot. Gitu tuh yg nyunnah… #Demokrasi
61. Ibnu Mas’ud ra pernah ditertawakan krn betisnya kecil. Ini perlu jd catatan khusus. #Demokrasi
62. Memang menertawakan fisik org bukan akhlaq yg baik. Makanya ditegur oleh Nabi saw. #Demokrasi
63. Lagian yg diejek Ibnu Mas’ud ra. Beliau adalah salah 1 sahabat paling utama, spesialis Qur’an. #Demokrasi
64. Tapi kita jg perlu menyadari bhw di antara sahabat Nabi saw ternyata betis kecil itu minoritas. #Demokrasi
65. Artinya, mayoritas badannya kekar2. Ya wajar 1 mujahid bs kalahkan 10 musuh. #Demokrasi
66. Memang ada unsur ‘pertolongan Allah’ dlm jihad. Tp pertolongan Allah kan tergantung usaha kita jg. #Demokrasi
67. Jihad asal2an, jgn harap turun 1.000 malaikat. Harus berusaha dan penuh persiapan. #Demokrasi
68. Sekali lagi, pandanglah #Demokrasi sbg ‘arena tanding’.
69. Memang #Demokrasi tdk 100% sejalan dgn Islam. Tp jgn sampai kondisi tdk ideal membuat kita mundur.
70. Gara2 menghindari #Demokrasi, akhirnya masalah pendidikan umat diurus o/ org2 sekuler.
71. Padahal, pendidikan umat harus diislamisasi. Kalau nggak begitu, kapan sistemnya akan Islami? #Demokrasi
72. Yg akan membenahi sistem adalah org2 yg punya kompetensi akademis. Berjuang di lini pendidikan itu wajib. #Demokrasi
73. Seorang Muslim bisa menyekolahkan, katakanlah, 2-3 org anak yatim. #Demokrasi
74. Sebuah majelis ta’lim bisa sekolahkan berapa? Katakanlah 100 anak. #Demokrasi
75. Tapi, seorang Gubernur bisa mendirikan ribuan sekolah. Skalanya sangat berbeda. #Demokrasi
76. Kita tdk bisa lari dari pertarungan politik. Umat Muslim harus buktikan diri bisa memimpin. #Demokrasi
77. Sistem Islam itu paling top, OK. Tapi harus dibuktikan dlm level pribadi. #Demokrasi
78. Susah utk yakinkan org bhw pendidikan yg Islami itu lbh baik kalau yg bicara bkn seorang pendidik yg hebat. #Demokrasi
79. Maka, jadilah pendidik yg hebat sblm mengislamisasi pendidikan. Itu br contoh di dunia pendidikan. Di bid lain jg. #Demokrasi
80. Siapa yg larang bikin sekolah Islam? Kalau sekolah2 Islam kurang bagus, salah siapa? #Demokrasi
81. Siapa yg larang bikin rumah sakit Islam? Kalau RS Islam service-nya gak bagus, salah siapa? #Demokrasi
82. Siapa yg larang bikin TV dan radio Islam? Kalau TV dan radio Islam kalah bersaing, salah siapa? #Demokrasi
83. Siapa yg larang berbisnis? Kalau pebisnis Muslim kurang profesional, salah siapa? #Demokrasi
84. Kita perlu berhenti menyalahkan keadaan. Keadaan gak sebuntu itu kok. Manfaatkan kebebasan. #Demokrasi
85. Musuh2 Islam bisa, kok kita nggak bisa? Harus bisa lebih baik! Mentalitas ini berlaku di segala bidang. #Demokrasi
86. Selain itu, kita jg harus ‘bersaing’ dgn kaum sekuler di ranah politik. Adu argumen. #Demokrasi
87. Org2 sekuler tak mungkin mau dibungkam begitu saja. Kita yg harus membungkamnya. Dgn argumen. #Demokrasi
88. Kalau kita bisa bikin org2 sekuler mati kutu dlm debat, maka kita akan sukses perjuangkan misi kita. #Demokrasi
89. Terakhir, #Demokrasi jg tdk perlu disikapi secara lebay.
90. #Demokrasi cuma ‘arena tanding’, itu saja. Tidak ideal? Of course! Kurang adil? Maybe!
91. Oleh krn itu, yg terlibat di jalur #Demokrasi tdk perlu dituduh ‘menyembah demokrasi’. Itu lebay.
92. Yg tdk mau bersentuhan sm sekali dgn #Demokrasi, silakan. Mudah2an bs berkontribusi maksimal. Fastabiqul khairat.
93. Gak ada yg menyembah #Demokrasi. Iseng amat. Ada gak ya yg kayak begitu? :D
94. Setuju atau tdk dgn #Demokrasi, marilah kita benahi satu persatu masalah umat.
95. Masalahnya ribet bin kompleks. Jgn dianalisis dgn terlalu ‘polos’. #Demokrasi
96. Ijtihad yg salah nilainya satu, yg benar nilainya dua. Salah ijtihad, tdk berdosa. Su’uzhan dan fitnah, nah itu dosa :D #Demokrasi
97. Semoga kt tdk terseret o/ #Demokrasi, tdk pula lari dr permasalahan yg sebenarnya. Aamiin yaa Rabb…

*http://chirpstory.com/li/63463



Demokrasi Haram, Siapa Diuntungkan?

Sebagai contoh apabila seorang mufti berpendapat bahwa demokrasi haram, maka sebelum masalah ini difatwakan harus melalui fase tathbiiq.  Ditimbang mashlahah dan mafsadah dari hukum tersebut. Apakah fatwa demokrasi haram menjadi mashlahat bagi umat Islam atau sebaliknya menjadi mafsadah dan menguntungkan musuh Islam.

Secara kasat mata, fatwa haramnya demokrasi hanya menguntungkan musuh Islam. Sebab di negara yang menganut sistem demokrasi, akan terpilih pemimpin yang tidak berpihak pada kepentingan Islam, bahkan pemimpin yang non Islam. Ketika diadakan pemilu, Umat Islam tidak ikut serta karena fatwa demokrasi haram. Akhirnya musuh Islam, baik munafiq atau kafir, diuntungkan dengan fatwa ini.
Dalam kondisi seperti ini fatwa harus ditangguhkan dan tidak dilaksanakan. Rasulullah saw. pernah menangguhkan sebuah perintah dari Allah saw. ketika beliau melihat bahwa pelaksanaan perintah tersebut hanya akan menimbulkan mafsadah dan kerugian bagi umat Islam.

Hal ini terjadi ketika Allah swt. memerintahkan untuk membangun ulang Ka’bah sesuai dengan pondasi yang dibuat nabi Ibrahim. Rasulullah saw. berkata kepada Ibunda Aisyah ra. bahwa kalaulah bukan karena kaum Quraisy masih baru dalam memeluk Islam, beliau akan menghancurkan Ka’bah.
Kalaulah sebuah perintah ditangguhkan karena diperkirakan akan menimbulkan bahaya bagi umat Islam, maka demikian pula fatwa. Fatwa demokrasi haram hanya menguntungkan musuh Islam dan para munafik, maka hendaknya fatwa haram demokrasi harus ditangguhkan. Apalagi saat ini hukum demokrasi masih menjadi silang pendapat di kalangan ulama.

Memahami Fiqih Waqi’
Ketidak-setujuan sebagian ulama terhadap demokrasi harus ditinjau dari fiqih waqi’, yaitu memahami dengan cermat situasi dan realita. Hal ini sangat penting dalam menentukan pendapat dan sikap. Rasulullah saw. tidak menghancurkan berhala yang terdapat di sekeliling Ka’bah ketika beliau masih berada di Makkah. Berhala-berhala tersebut baru dihancurkan ketika fathu Makkah, tahun 8 Hijriyah. Apakah pembiaran Rasulullah saw. terhadap berhala, semasa beliau di Makkah, akan  kita nilai tidak islami? Atau Justru mengajarkan kepada kita fiqih waqi’? Marilah kita bijak dalam menyikapi realitas kehidupan. Wallahu A’lam.

No comments:

Post a Comment